Mencari Hilangnya Kisah Taman Eden di Tanah Papua
KISAH TAMAN EDEN ditulis dalam Kitab Kejadian pasal 1 dan 2. Sejarah ini ditulis oleh nabi Musa ketika Ia memimpin bangsa Israel dipadang gurun selama kurang lebih 40 tahun. Musa banyak mendapat pengetahuan dari seorang Malaikat yang diutus Tuhan selama perjalanannya menuju Tanah Perjanjian (Kel 33:2).
Ringkasnya, setelah Allah βmenciptakanβ[1] langit dan bumi selama βenam hariβ, Allah membuat taman di Eden, disebelah timur. Didalam taman Eden Allah tempatkan manusia dan menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari seluruh bumi, yang menarik dan yang baik dimakan buahnya; dan pohon kehidupan ditengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat (Kej 2:8-9). Tetapi akibat pelanggaran manusia pertama, maka Allah mengusir / mengembalikan manusia itu ketempat dimana ia dibentuk dari debu tanah. Kemudian Allah meletakkan beberapa kerub (malaikat Allah) dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar agar manusia tidak memetik buah dari pohon kehidupan (Kej 3:23-24).
Selain kurang jelasnya nama manusia pertama yang memiliki roh itu, Alkitab juga tidak menjelaskan dimana letak taman Eden disebelah timur itu (Kej 2:8-9). Apakah disekitar sungai Pison yang mengalir ke seluruh daerah Hawila atau disekitar sungai Gihon yang mengelilingi tanah Kusy, atau sungai Tigris yang mengalir kesebelah timur Asyur dan atau dipinggiran sungai Efrat β ataukah didaerah timur lain di dunia?
[1] Maksud “penciptaan” di sini mengandung arti yaitu dari segala sesuatu yang tidak ada menjadi ada, dari yang hampa menjadi nyata (creatio ex nihilo), yaitu segala sesuatu yang dikerjakan Allah selama enam hari. Sedangkan setalah enam hari penciptaan, Allah tidak menciptakan tetapi “membuat/membentuk” segala sesuatunya dari bahan yang sudah ada.
[2] Agus Miradi, SIAPAKAH MANUSIA PERTAMA ITU, Yayasan Tunas Daud, 2000, hlm.82.
[3] Baca juga pandangan H. Miftahuzjaman Aneka dalam MISTERI, Edisi 05-19 Desember 2001 hlm. 86 dalam judul βADAM BUKAN MANUSIA PERTAMA CIPTAAN ALLAHβ.
[4] Lihat Hamid Dabasyi, KONDISI HISTORIS SUFISME PERSIA SELAMA PERIODE SELJUK, hlm. 212-213 dan de Bruijn, CATATAN KOMPARATIF TENTANG SANAβI DAN ATTAR, hlm. 434 dalam BUKU PERTAMA, WARISAN SUFI, penerbit Pustaka Sufi, Juni 2002.
Leave a Response